Usaha masyarakat dalam melindungi kearifan lokal ada banyak didapati di Tatar Jawa Barat. Salah satu bukti diantaranya yang masih memegang teguh usaha tersebut adalah terdapatnya kampung-kampung adat.
Kampung adat yang berada di Jawa Barat mempunyai ciri khas serta keyakinan sendiri-sendiri.
Tetapi, polanya memiliki persamaan yakni untuk melindungi nilai-nilai kehidupan yang diwariskan oleh karuhun (leluhur).
Satu diantara kampung adat yang hingga saat ini melindungi adat kesundaaan yaitu Kampung Adat Cikondang yang ada di daerah Pangalengan, Kab. Bandung.
Nama itu kombinasi pada sumber air serta pohon; “Ci” datang dari kependekan kata “cai” berarti air (sumber air), sedang “kondang” yaitu nama pohon tadi.
Untuk menyebutkan kapan serta siapa yang membangun kampung Cikondang begitu susah untuk di pastikan. Tetapi, orang-orang percaya kalau karuhun (Ieluhur) mereka yaitu salah seseorang wali yang menebarkan agama Islam di daerah itu. Mereka memanggilnya dengan sebutan Uyut Pameget serta Uyut Istri yang dipercaya membawa barokah serta bisa ngauban (membuat perlindungan) anak cucunya.
Kapan Uyut Pameget serta Uyut Istri mulai buka lokasi Cikondang jadi satu pemukiman? Tak ada bukti konkrit yang menjelaskan peristiwa itu, baik yang tercatat ataupun lisan.
Menurut perkiraan seseorang tokoh masyarakat, Bumi Adat diprediksikan sudah berumur 200 th.. Jadi, diprediksikan Uyut Pameget serta Uyut Istri membangun pemukiman di kampung Cikondang kurang Iebih pada awal abad ke-XIX atau sekitaran th. 1800.
Kampung Cikondang ini bersebelahan dengan Desa Cikalong serta Desa Cipinang (Kecamatan Cimaung) di samping utara, dengan Desa Pulosari di samping selatan, dengan desa Tribakti Mulya di samping Timur, dan di samping barat bersebelahan dengan desa Sukamaju.
Jarak dari Pusat Kota Bandung ke Kampung Adat Cikondang ini berjarak sekitaran 38 Km., sedang dari pusat Kecamatan Pangalengan lebih kurang 11 Km..
Dari Kota Bandung, kampung adat dapat ditempuh ke arah Selatan melalui Kecamatan Banjaran serta Kecamatan Cimaung.
Jarak dari ruas jalan Bandung-Pangalengan yang ada di lokasi Kampung Cibiana ke Kampung Cikondang sekitar 1 km.. Jika ditempuh dari jalan komplek perkantoran PLTA Cikalong, melewati bendungan dengan tangga betonnya, setelah itu lewat Kantor Desa Lamajang
Hutan Larangan
Di Kampung Cikondang dikenal juga dengan sebuah hutan keramat. Siapapub yang mau masuk hutan itu diwajibkan melepas sendal atau alas kaki terlebih dahulu. Hutan larangan ini juga cuma bisa dimasuki pada hari-hari tertentu saja, yakni pada hari Senin, Rabu, Kamis serta Minggu, Tetapi diutamakan untuk datang pada hari Kamis.
Pada hari Sabtu para oengunjung tak diijinkan untuk berziarah serta masuk dalam hutan terlarang. Didalam hutan ini Anda tak diijinkan asal-asalan, oleh karena itu dikenal dengan sebutan hutan terlarang.
Hutan terlarang juga cuma bisa dimasuki ketika sesudah duhur, yakni sesudah jam 12.
Pamali Duduk Selonjoran
Orang-orang Kampung Cikondang begitu memegang teguh untuk menghormati keduanya. Hingga ada larangan duduk selonjoran ini dapat tak diijinkan menghadap ke Selatan.
Hal semacam itu karena di sebelah selatan ada makam leluhur, hingga diakui oleh penduduk Kampung Cikondang begitu tak sopan jika kita menyimpan kaki kita menghadap ke Selatan.
Perlengkapan serta Peralatan Rumah
Masyarakat di sekitaran Kampung Cikondang juga begitu memegang teguh budaya mereka. Bisa diliat dari rumah adat Kampung Cikondang yg tidak diijinkan di isi beberapa barang elektronik, seperti tv, radio, listrik, dan sebagainya bahkan juga dalam memasak alat-alat yang dipakai juga masihlah memakai alat tradisional, yang diberi nama “hawu” atau tungku.
Gelasnya juga terbuat dari batok kelapa. Anda tidak bisa temukan gelas yang terbuat dari kaca maupun plastik. Untuk penerangannya orang-orang Kampung Cikondang memakai lentera serta tak memakai listrik.
Baca juga, tempat wisata di Pangalengan yang harus Anda kunjungi, Asyik-asyik lho tempatnya
Bebarapa jenis makanan khas kampung adat cikondang misalnya opak, raginang, klontong, teng-teng, ampeang, dan sebagainya.
Makanan khas kampung Cikondang itu umumnya dihidangkan untuk tamu-tamu yang datang bertandang Kampung Cikondang.
So, jika Anda datang untuk liburan ke pangalengan, jangan lupa mampir, untuk sekedar menambah wawasan dan berkontemplasi ke masa lalu, dengan mengunjungi kampung adat cikondang.
Kampung adat yang berada di Jawa Barat mempunyai ciri khas serta keyakinan sendiri-sendiri.
Tetapi, polanya memiliki persamaan yakni untuk melindungi nilai-nilai kehidupan yang diwariskan oleh karuhun (leluhur).
Satu diantara kampung adat yang hingga saat ini melindungi adat kesundaaan yaitu Kampung Adat Cikondang yang ada di daerah Pangalengan, Kab. Bandung.
rumah adat cikondang (sumber gambar: www.disparbud.jabarprov.go.id) |
Sejarah rumah adat cikondang
Sejarah rumah adat cikondang konon awalnya di daerah ini ada seke (mata air) yang ditumbuhi pohon besar yang diberi nama Kondang. Oleh karenanya kampong ini diberi nama Cikondang atau kampung Cikondang.Nama itu kombinasi pada sumber air serta pohon; “Ci” datang dari kependekan kata “cai” berarti air (sumber air), sedang “kondang” yaitu nama pohon tadi.
Untuk menyebutkan kapan serta siapa yang membangun kampung Cikondang begitu susah untuk di pastikan. Tetapi, orang-orang percaya kalau karuhun (Ieluhur) mereka yaitu salah seseorang wali yang menebarkan agama Islam di daerah itu. Mereka memanggilnya dengan sebutan Uyut Pameget serta Uyut Istri yang dipercaya membawa barokah serta bisa ngauban (membuat perlindungan) anak cucunya.
Kapan Uyut Pameget serta Uyut Istri mulai buka lokasi Cikondang jadi satu pemukiman? Tak ada bukti konkrit yang menjelaskan peristiwa itu, baik yang tercatat ataupun lisan.
Menurut perkiraan seseorang tokoh masyarakat, Bumi Adat diprediksikan sudah berumur 200 th.. Jadi, diprediksikan Uyut Pameget serta Uyut Istri membangun pemukiman di kampung Cikondang kurang Iebih pada awal abad ke-XIX atau sekitaran th. 1800.
Lokasi Desa Kampung Adat Cikondang
Secara administratif, Kampung Cikondang, terdapat didalam lokasi Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.Kampung Cikondang ini bersebelahan dengan Desa Cikalong serta Desa Cipinang (Kecamatan Cimaung) di samping utara, dengan Desa Pulosari di samping selatan, dengan desa Tribakti Mulya di samping Timur, dan di samping barat bersebelahan dengan desa Sukamaju.
Jarak dari Pusat Kota Bandung ke Kampung Adat Cikondang ini berjarak sekitaran 38 Km., sedang dari pusat Kecamatan Pangalengan lebih kurang 11 Km..
Dari Kota Bandung, kampung adat dapat ditempuh ke arah Selatan melalui Kecamatan Banjaran serta Kecamatan Cimaung.
Jarak dari ruas jalan Bandung-Pangalengan yang ada di lokasi Kampung Cibiana ke Kampung Cikondang sekitar 1 km.. Jika ditempuh dari jalan komplek perkantoran PLTA Cikalong, melewati bendungan dengan tangga betonnya, setelah itu lewat Kantor Desa Lamajang
Kepercayaan Masyarakat Kampung Adat Cikondang
Hutan Larangan
Di Kampung Cikondang dikenal juga dengan sebuah hutan keramat. Siapapub yang mau masuk hutan itu diwajibkan melepas sendal atau alas kaki terlebih dahulu. Hutan larangan ini juga cuma bisa dimasuki pada hari-hari tertentu saja, yakni pada hari Senin, Rabu, Kamis serta Minggu, Tetapi diutamakan untuk datang pada hari Kamis.
Pada hari Sabtu para oengunjung tak diijinkan untuk berziarah serta masuk dalam hutan terlarang. Didalam hutan ini Anda tak diijinkan asal-asalan, oleh karena itu dikenal dengan sebutan hutan terlarang.
Hutan terlarang juga cuma bisa dimasuki ketika sesudah duhur, yakni sesudah jam 12.
Pamali Duduk Selonjoran
Orang-orang Kampung Cikondang begitu memegang teguh untuk menghormati keduanya. Hingga ada larangan duduk selonjoran ini dapat tak diijinkan menghadap ke Selatan.
Hal semacam itu karena di sebelah selatan ada makam leluhur, hingga diakui oleh penduduk Kampung Cikondang begitu tak sopan jika kita menyimpan kaki kita menghadap ke Selatan.
Perlengkapan serta Peralatan Rumah
Masyarakat di sekitaran Kampung Cikondang juga begitu memegang teguh budaya mereka. Bisa diliat dari rumah adat Kampung Cikondang yg tidak diijinkan di isi beberapa barang elektronik, seperti tv, radio, listrik, dan sebagainya bahkan juga dalam memasak alat-alat yang dipakai juga masihlah memakai alat tradisional, yang diberi nama “hawu” atau tungku.
Gelasnya juga terbuat dari batok kelapa. Anda tidak bisa temukan gelas yang terbuat dari kaca maupun plastik. Untuk penerangannya orang-orang Kampung Cikondang memakai lentera serta tak memakai listrik.
Baca juga, tempat wisata di Pangalengan yang harus Anda kunjungi, Asyik-asyik lho tempatnya
Kuliner Kampung Adat Cikondang
Banyak yang menjadi makanan khas Kampung Cikondang, sekurang-kurangnya ada 45 jenis makanan khas masyarakat Kampung CikondangBebarapa jenis makanan khas kampung adat cikondang misalnya opak, raginang, klontong, teng-teng, ampeang, dan sebagainya.
Makanan khas kampung Cikondang itu umumnya dihidangkan untuk tamu-tamu yang datang bertandang Kampung Cikondang.
So, jika Anda datang untuk liburan ke pangalengan, jangan lupa mampir, untuk sekedar menambah wawasan dan berkontemplasi ke masa lalu, dengan mengunjungi kampung adat cikondang.