Sejarah Bosscha di Bandung. Karel Albert Rudolf Bosscha yang biasa kita dengar dengan sebutan Bosscha, berkelahiran Deen Hag, Belanda, 15 Mei 1865 itu wafat di usia 63 tahun pada tanggal 26 November 1928, dan sesuai permintaanya sendiri ia di makamkan di hutan kecil kawasan Perkebunan Teh Malabar, Pangalengan, sekitar lima puluh kilometer di selatan Bandung yang sekarang di jadikan cagar alam Malabar, sebuah tempat yang paling ia cintai.[wikipedia]
Menurut sejarah, Bosscha meninggal karna ia terserang tetanus. Tak banyak yang bisa menjelaskan bagaimana penyakit itu menyerangnya. Tragedi berawal saat ia akan mengawasi pekerjanya menuju Bukit Nini. Kuda yang di tungganginya tiba-tiba terjerumus di kebun cikolotok. Naasnya luka dikakinya terkena kotoran kuda.
Dari situlah penyakit yang mematikannya itu masuk kedalam tubuhnya, ia meninggal di pangkuan salah satu pekerjanya. Telegram ke Belanda mengabarkan permintaan terakhir ini dikirim dari Gunung Puntang.
Menurut beberapa sumber hingga saat ini Bosscha sering terlihat di pagi hari sekitar pukul 9 pagi duduk di kursi sebelah timur monument makam, sedang berjemur sambil membaca koran.
Bosscha terkenal sangat baik dan ramah kepada pekerjanya. Ia tokoh yang sangat berjasa dalam pendirian Kebun Teh Malabar. Pada Bulan Agustus 1896 Selama 32 tahun ia menjabat di perkebunan teh.
Bosscha berhasil mendirikan dua pabrik teh, yaitu Pabrik Teh Malabar, yang dikenal dengan nama Gedung Olahraga Dinamika dan juga Pabrik Teh Tanara, yang sekarang dikenal dengan Pabrik Teh Malabar.
Selain mengurus perkebunan teh, Bosscha juga memberi perhatian lebih pada pendidikan kaum pribumi dengan mendirikan sekolah dasar Vervoloog Malabar. Kemudian pada 1923, Bosscha menjadi perintis dan penyandang dana pembangunan sebuah observatorium, yang kemudian dikenal sebagai Observatorium Bosscha di Lembang.
Dan apakah kalian tau? ITB, Gedung Merdeka, dan juga peneropong bintang Bosscha (Bosscha Sterrenwacht) di Lembang, didirikan pertama kali oleh Bosscha. Sungguh sebuah pemikiran yang sangat brilian untuk bisa menciptakan sejarah berdirinya observatorium bosscha bandung.
Seiring dengan Keberhasilannya, ia tak pernah menghilangkan sifat kedermawanannya. Semasa hidupnya Bosscha dikenal tidak memiliki seorang istri tetapi ia mempunyai delapaan selir perempuan pribumi, yang dari salah satu selirnya ia memiliki 3 orang anak, 2 laki-laki dan 1 perempuan yang biasa di sebut Noni Bosscha.
Bossca datang ke indonesia saat umur 22 Tahun pada tahun 1887 yang awalnya bekerja membantu pamannya (Edward Julius Kerkhoven) di perkebunan teh yang berada di Sukabumi.
Hingga saat ini rumah kediaman Bosscha yang berada di tengah-tengah Perkebunan Teh Malabar masih terawat sebagai mana aslinya. Di dalamnya masih terdapat ruang tamu lengkap dengan meja dan kursi antiknya, termasuk piano buatan tahun 1880an. Kamar tidur Bosscha pun masih terawat, dan hanya dapat digunakan untuk menginap para pejabat PTPN Malabar serta pejabat Pemda. Jika memasuki ruang bawah tanah yang dahulu digunakan sebagai ruang bilyar akan terasa jejak sang pemilik rumah yang telah tiada itu.
Itulah sedikit cerita tentang “si Juragan Bosscha” yang begitu melegenda di kawasan pangalengan khususnya kawasan Perkebunan Teh Malabar itu, yang tiada hentinya memberikan warisannya kepada anak negeri kita hingga sekarang.
Tag: wisata ke boscha bandung, boscha bandung, boscha teropong bintang bandung, sejarah bosscha, bosscha lembang, sejarah bosscha bandung.
Menurut sejarah, Bosscha meninggal karna ia terserang tetanus. Tak banyak yang bisa menjelaskan bagaimana penyakit itu menyerangnya. Tragedi berawal saat ia akan mengawasi pekerjanya menuju Bukit Nini. Kuda yang di tungganginya tiba-tiba terjerumus di kebun cikolotok. Naasnya luka dikakinya terkena kotoran kuda.
Bosscha |
Menurut beberapa sumber hingga saat ini Bosscha sering terlihat di pagi hari sekitar pukul 9 pagi duduk di kursi sebelah timur monument makam, sedang berjemur sambil membaca koran.
Bosscha terkenal sangat baik dan ramah kepada pekerjanya. Ia tokoh yang sangat berjasa dalam pendirian Kebun Teh Malabar. Pada Bulan Agustus 1896 Selama 32 tahun ia menjabat di perkebunan teh.
Bosscha berhasil mendirikan dua pabrik teh, yaitu Pabrik Teh Malabar, yang dikenal dengan nama Gedung Olahraga Dinamika dan juga Pabrik Teh Tanara, yang sekarang dikenal dengan Pabrik Teh Malabar.
Selain mengurus perkebunan teh, Bosscha juga memberi perhatian lebih pada pendidikan kaum pribumi dengan mendirikan sekolah dasar Vervoloog Malabar. Kemudian pada 1923, Bosscha menjadi perintis dan penyandang dana pembangunan sebuah observatorium, yang kemudian dikenal sebagai Observatorium Bosscha di Lembang.
Makam Bosscha |
Seiring dengan Keberhasilannya, ia tak pernah menghilangkan sifat kedermawanannya. Semasa hidupnya Bosscha dikenal tidak memiliki seorang istri tetapi ia mempunyai delapaan selir perempuan pribumi, yang dari salah satu selirnya ia memiliki 3 orang anak, 2 laki-laki dan 1 perempuan yang biasa di sebut Noni Bosscha.
Bossca datang ke indonesia saat umur 22 Tahun pada tahun 1887 yang awalnya bekerja membantu pamannya (Edward Julius Kerkhoven) di perkebunan teh yang berada di Sukabumi.
Hingga saat ini rumah kediaman Bosscha yang berada di tengah-tengah Perkebunan Teh Malabar masih terawat sebagai mana aslinya. Di dalamnya masih terdapat ruang tamu lengkap dengan meja dan kursi antiknya, termasuk piano buatan tahun 1880an. Kamar tidur Bosscha pun masih terawat, dan hanya dapat digunakan untuk menginap para pejabat PTPN Malabar serta pejabat Pemda. Jika memasuki ruang bawah tanah yang dahulu digunakan sebagai ruang bilyar akan terasa jejak sang pemilik rumah yang telah tiada itu.
Rumah Bosscha tampak dari samping kanan |
Rumah Bosscha tampak dari belakang |
Itulah sedikit cerita tentang “si Juragan Bosscha” yang begitu melegenda di kawasan pangalengan khususnya kawasan Perkebunan Teh Malabar itu, yang tiada hentinya memberikan warisannya kepada anak negeri kita hingga sekarang.
Tag: wisata ke boscha bandung, boscha bandung, boscha teropong bintang bandung, sejarah bosscha, bosscha lembang, sejarah bosscha bandung.